Prinsip Marketing Syariah
PRINSIP MARKETING SYARIAH
A. PENGERTIAN
The American Marketing Association merupakan sebuah lembaga yang menjadi acuan kita dalam
mempelajari pemasaran, mendefinisikan pemasaran sebagai proses perencanaan, dan
pelaksanaan konsepsi, penetapan harga, promosi, dan distribusi gagasan, barang,
dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan sasaran perseorangan dan
organisasi.
Menurut Kotler dan Lane, pemasaran
adalah suatu proses sosial yang didalamnya terdapat individu dan kelompok yang
mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,
menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak
lain.[1]
Pengertian pemasaran yang hampir sama
dengan pengertian di atas adalah upaya untuk menciptakan dan menjual produk
kepada berbagai pihak dengan maksud tertentu. Pemasaran berusaha untuk
menciptakan dan mempertukarkan produk baik barang maupun jasa kepada konsumen
di pasar yang mana penciptaan produk tersebut didasarkan pada kebutuhan dan
keinginan pasar.
Maka dapat disimpulkan bahwa pemasaran
adalah usaha untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen melalui penciptaan
suatu produk baik barang maupun jasa yang kemudia dibeli oleh mereka yang
memiliki kebutuhan melalui suatu pertukaran.[2]
Pemasaran dapat diterapkan pada
barang-barang konsumsi (consumers good), yaitu produk yang dibeli
konsumen akhir untuk penggunaan pribadi. Perusahaan yang menjual produk ke
konsumen untuk konsumsi pribadi terlibat dalam pemasaran produksi (consumer marketing).
Pemasaran juga dapat diterapkan pada barang-barang industry (industrial
goods), yaitu produk-produk yang digunakan oleh perusahaan atau organisasi
untuk memproduksi produk lain. Perusahaan yang menjual produknya kepada
produsen lain untuk diolah terlibat dalam pemasaran industry (industrial
marketing).
Selain itu teknik pemasaran dapat juga
diterapkan pada jasa (service), yaitu produk-produk yang tidak nyata (intangibles),
seperti waktu dan keahlian atau beberapa aktifitas yang dapat dibeli. Pemasaran
juga berlaku bagi promosi gagasan, seperti iklan layanan masyarakat mengenai
bahaya merokok. Iklan tersebut tidak melibatkan pemasaran produk atau jasa di
dalamnya melainkan menekankan pentingnya suatu gagasan[3].
Dalam upaya merintis perajutan
jaringan, memasarkan produk atau jasa berbeda konsep dan prosesnya dengan
menjual produk. Menjual merupakan bagian dari proses pemasaran itu sendiri, dan
menjual tidak akan sukses sebelum tinjauan pemasaran dan rencana penjualan
dibuat. Maka dalam pemasaran diperlukan adanya beberapa syarat, yaitu[4]:
1. Menganalisis pasar yang berubah (membuat ramalan tentang
siapa yang kira-kira memerlukan produk/jasa yang dibuat dan mengapa) serta
belajar memahami dan menjadi sensitive terhadap pasar dengan jalan terus
menerus melakukan peninjauan mengenai kecenderungan.
2. Nilai kekuatan dan kelemahan potensi usaha.
3. Pertimbangkan alokasi sumber daya usaha yang terbatas.
4. Pembuatan rencana usaha masa depan.
Selanjutnya apabila syarat terpenuhi
akan langsung ke proses pemasaran, yang terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. Memastikan calon pembeli/klien potensial.
2. Mempublikasikan produk/jasa yang ditawarkan.
3. Kiat menjual produk/jasa yang ditawarkan.
B. STRATEGI PEMASARAN
Dalam memasarkan suatu produk jasa maupun barang kita tentu saja butuh strategi agar pemasaran
produk tersebut lancar dan banyak orang yang berminat terhadap produk tersebut.
Strategi pemasaran adalah kumpulan petunjuk dan kebijakan yang digunakan secara
efektif untuk mencocokkan program pemasaran (produk, harga, promosi dan
distribusi) dengan peluang pasar sasaran guna mencapai sasaran usaha.[5]
Dalam membuat strategi pemasaran ada beberapa langkah yang harus
dilakukan untuk menyusun sebuah strategi pemasaran yang baik seperti berikut
ini:[6]
1.
Pembuatan Sasaran Pemasaran
Menurut
Bygrave dalam membuat sasaran pemasaran haruslah mengetahui pasar sasaran dari
segi penjualan, kontribusi laba dan tujuan kualitatif seperti membangun citra.
Sasaran pasar harus juga dapat diukur agar evaluasi perkembangan hasil mudah
dilakukan.
2.
Formulasi Strategi Pasar
Menurut
Bygrave dalam bukunya The Portable MBA in
Entrepreneurship dikatakan bahwa untuk membuat formulasi pemasaran kita
harus tahu bagaimana sasaran pasar yang ditargetkan dan untuk menentukan
startegi pemasaran yang efektif ada beberapa variabel yang bisa digunakan:
a.
Produk barang/jasa yang
ditawarkan
b.
Harga yang ditawarkan
c.
Saluran distribusi yang digunakan
(grosir, ditributor, pengecer) agar produk tersedia bagi para konsumen
d.
Promosi, iklan, personal
selling dan publikasi
Jika variabel diatas sudah
terpenuhi kita bisa dengan mudah menyusun formulasi pemasaran sesuai target
pasar yang dituju.
3.
Perumusan Program Pemasaran
Langkah-langkah
untuk merumuskan program pemasaranbagi suatu pasar:
a.
Menentukan besaran anggaran
pemasaran
b.
Mengalokasikan anggaran
pemasaran kedalam variabel-variabel pemasaran
c.
Menentukan penggunaan sumber
daya terbaik untuk setiap variabel pemasaran
Setelah melakukan
langkah-langkah diatas kita juga harus menentukan besaran tingkat kepentingan
dan kombinasi variabel pemasaran yang akan mendatangkan laba yang paling
menguntungkan setelah menguranginya dengan biaya pemasaran serta juga
memperkirakan sambutan pasar sasaran terhadap alternatif pemasaran.
4.
Keputusan Taktis-Strategi
Pemasaran
Formulasi
strategi pemasaran berakhir dengan adanya keputusan taktis-strategi pemasaran
yang merupakan kerangka kerja yang luas dan berjangka panjang untuk tindakan
pemasaran yang mnjadi petunjuk tindaklan pemasdaran sehari-hari. Keputusan
tersebut ialah:
a.
Keputusan produk yaitu
keputusan yang berkenaan dengan penetapan produk yang secara potensial dinilai
oleh pasar sasaran atas kualitasnya yakni perpaduan manfaat atau kepuasan yang
ditimbulkan, atribut produk yang dibawa dan juga perluasan produk
b.
Keputusan penetapan harga,
keputusan ini memasukkan faktor biaya, persaingan dan permintaanpenentuan harga
ditetapkan setelah memantau harga pesaing agar harga yang ditentukan kompetitif
c.
Keputusan distribusi, disini
diputuskan jaringan distribusi yang efektif dan efisienuntuk menghubungkan
produsen dengan konsumen tanpa harus mendzalimi pesaingnya.
d.
Keputusan promosi dapat
dikombinasikan dengan penggunaan keempat elemen berikut, promosi penjualan,
iklan, publisitas dan penjualan personal
Keputusan taktis-strategi
pemasaran ini dapat diimplementasikan dalam bentuk penggambaran tugas,
mengembangkan jadwal waktu dan anggaran dengan penugasan atas berbagai tanggung
jawab.
Strategi pemasaran sebenarnya sudah dikenal sejak jaman Rasulullah SAW
berikut strategi pemasaran versi Rasulullah SAW: [7]
1.
Segmentasi
Geografis yaitu membagi pasar menjadi unit-unit geografis berbeda. Misal
wilayah, negara, provinsi, kota, kepulauan dan berdasarkan musim. Pada musim
panas biasanya mereka berdagang sampai Busra (Syria). Pada musim dingin mereka
berdagang sampai Yaman. Demikian pula yang dilakukan Nabi Muhammad SAW,
terutama sebelum pada masa kenabian.
2.
Segmentasi
demografi yang dilakukan Muhammad adalah pasar yang dikelompokkan berdasarkan
keluarga, kewarganegaraan dan kelas sosial. Untuk keluarga, Muhammad
menyediakan produk peralatan rumah tangga. Sedangkan produk yang dijual Nabi
untuk warga negara asing di Busra terdiri dari kismis, parfum, kurma kering,
barang tenunan, batangan perak dan ramuan.
3.
Segmentasi
psikografi yang dilakukan Nabi Muhammad SAW adalah mengelompokkan pasar dalam
gaya hidup, nilai dan kepribadian. Gaya hidup ditunjukkan oleh orang yang
menonjol daripada kelas sosial. Minat terhadap suatu produk dipengaruhi oleh
gaya hidup, maka barang yang dibeli oleh orang-orang tersebut untuk menunjukkan
gaya hidupnya.
4.
Segmentasi
perilaku yang dilakukan Nabi Muhammad SAW adalah dengan membagi kelompok
berdasarkan status pemakai, kejadian, tingkat penggunaan, status kesetiaan,
tahap kesiapan pembeli dan sikap.
C. PRINSIP PEMASARAN MENURUT PERSPEKTIF ISLAM
1. Prinsip Internal (individu pelaku usaha/marketer)
Dalam syariah marketing, seluruh
proses baik proses penciptaan, proses penawaran, maupun proses perubahan nilai
tidak boleh ada hal-hal yang bertentangan dengan akad dan prinsip-prinsip
muamalah yang islami. Sepanjang hal tersebut dapat dijamin, dan penyimpangan
prinsip-prinsip muamalah islami tidak terjadi dalam suatu transaksi atau dalam
proses suatu bisnis, maka bentuk transaksi apa pun dalam pemasaran dapat
diperbolehkan.
Berikut 4 karakteristik syariah
marketing yang dapat menjadi panduan bagi para pemasar:[8]
1.
Teistis (rabbaniyyah)
Dalam
marketing syariah yang menjadi pembeda dengan marketing konvensional ialah
sifat religiusitasnya (Diniyah). Kondisi ini tidak tercipta karena
keterpaksaan, tetapi berangkat dari kesadaran akan nilai-nilai religious, yang
dipandang penting dan mewarnai aktivitas pemasaran agar tidak terperosok ke
dalam perbuatan yang dapat merugikan orang lain.
Jiwa
seorang syariah marteker meyakini bahwa hukum-hukum syariat yang teistis atau
bersifat ketuhanan ini adalah hukum yang paling adil, paling sempurna, paling selaras dengan segala bentuk kebaikan,
memusnahkan kebatilan dan menyebarluaskan kemaslahatan. Seorang marketer
syariah meyakini bahwa Allah swt. Selalu
dekat dan mengawasinya ketika dia sedang melaksanakan segala macam bentuk
bisnis. Dia pun yakin bahwa allah swt. Akan meminta pertanggungjawaban darinya
atas pelaksanaan syariat itu pada hari ketika semua orang dikumpulkan untuk
diperlihatkan amalnya di hari kiamat.
Seorang syariah marketer akan segera mematuhi hukum-hukum syariah, dalam segala
aktivitasnya sebagai seorang pemasar. Mulai dari melakukan strategi pemasaran,
memilah-milah pasar (segmentasi), memilih pasar mana yang harus menjadi
fokusnya (targeting), sehingga menetapkan identitas perusahaan yang harus
senantiasa tertanam dalam benak pelanggannya (positioning).
Syariah marketing sangat peduli dengan nilai (value). Syariah marketing haruslah memiliki value yang lebih tinggi. Ia harus memiliki merek yang
lebih baik, karena bisnis syariah adalah bisnis kepercayaan, bisnis
berkeadilan, dan bisnis yang tidak mengandung tipu muslihat di dalamnya.
Syariah marketer selain tunduk kepada hukum-hukum syariah, juga senantiasa
menjauhi segala larangan-larangannya dengan sukarela. Hati adalah sumber pokok
bagi segala kebaikan dan kebahagiaan seseorang. Bahkan, bagi seluruh makhluk
yang dapat berbicara, hati merupakan kesempurnaan hidup dan cahayanya. Allah
berfirman, “Dan apakah seorang yang sudah
mati, kemudian dia kami hidupkan dan kami berikan kepadanya yang terang, yang
demikian cahaya itu dia dapat berjalan ditengah-tengah masyarakat manusia,
serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali
tidak dapat keluar daripadanya?”(QS. Al- An’am [6]: 122)
2.
Etis (akhlaqiyyah)
Selain Teistis (rabbaniyyah), syariah marketer juga mengedepankan masalah akhlak (moral,etika) dalam
seluruh aspek kegiatannya. Beberapa kasus korupsi dinegara kita menunjukkan
bahwa nilai-nilai etika dan moral sudah tidak lagi menjadi pedoman dalam
berbisnis. Segala cara dihalalkan asalkan bisa mendapatkan keuntungan finansial
yang sebesar-besarnya.
Sifat etis ini sebenarnya merupakan turunan dari sifat teistis. Dengan
demikian, syariah marketing adalah konsep pemasaran yang sangat mengedepankan
nilai-nilai moral dan etika, tidak peduli apa pun agamanya. Karena nilai-nilai
moral dan etika adalah nilai yang bersifat universal yang diajarkan oleh semua
agama.
Rasulullah saw. Pernah bersabda kepada umatnya, “sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”Karena
itu, sudah sepatutnya ini bisa menjadi panduan bagi syariah marketer untuk selalu
memelihara moral dan etika dalam setiap tutur kata, perilaku, dan
keputusan-keputusannya.
Untuk mencapai tujuan suci ini, Allah Swt. Memberikan petunjuk tersebut
meliputi segala sesuatu yang dibutuhkan manusia, baik akidah, akhlak (moral,
etika), maupun syariah. Dua komponen pertama, akidah dan akhlak (moral, etika)
bersifat konstan. Keduanya tidak mengalami perubahan apa pun dengan berbedanya
waktu dan tempat. Sedangkan syariah senantiasa berubah sesuai dengan kebutuhan
dan taraf peradaban manusia, yang berbeda-beda sesuai dengan rasulnya
masing-masing.
3.
Realistis (al-waqi’iyyah)
Syariah marketing bukanlah konsep yang eksklusif dan kaku. Syariah
marketing adalah konsep pemasaran yang fleksibel, sebagaimana keluasan dan
keluwesan syariah islamiyah yang melandasinya.
Syariah marketer bukanlah berarti para pemasar harus berpenampilan ala
bangsa Arab dan mengharamkan dasi karena dianggap merupakan simbol masyarakat
Barat, misalnya Syariah Marketer adalah para pemasar profesional dengan
penampilan yang bersih, rapi, dan bersahaja, apa pun model atau gaya berpakaian
yang dikenakannya. Mereka bekerja dengan profesional dan mengedepankan
nilai-nilai religius, kesalehan, aspek moral dan kejujuran dalam segala
aktivitas pemasarannya.
4.
Humanistis (insaniyyah)
Humanistis (insaniyyah) adalah bahwa syariah diciptakan untuk manusia
agar derajatnya terangkat, sifat kemanusiaannya terjaga dan terpelihara, serta
sifat-sifat kehewanannya dapat terkekang dengan panduan syariah. Dengan
demikian, dengan nilai humanistis menjadikan manusia terkontrol dan seimbang,
bukan manusia yang serakah, yang menghalalkan segala cara untuk meraih
keuntungan yang sebesar-besarnya. Bukan menjadi manusia yang bisa bahagia di
atas penderitaan orang lain atau manusia yang hatinya kering dengan kepeduliaan
sosial.
Syariat islam adalah syariah humanistis. Syariat islam diciptakan untuk
manusia sesuai dengan kapasitasnya tanpa menghiraukan ras, warna kulit,
kebangsaan, dan status sosial.
2. Prinsip Eksternal
Berikut prinsip-prinsip
pemasaran dalam perspektif syariah dan bagaimana menjadi sebuah perusahaan
pemasaran (marketing company) berbasiskan
syariah.
Ada 17 prinsip syariah marketing sebagai
berikut:
Prinsip #1 : Information
Technology Allows Us to be Transparent (Change)
Prinsip #2 : Be Respectful to
Your Cmpetitors (Competitor)
Prinsip #3 : The Emergence of
Customers Global Paradox (Customer)
Prinsip #4 : Develop A
Spiritual-Based Organization (Company)
Prinsip #5 : View market
Universally (Segmentation)
Prinsip #6 : Target Customer’s
Heart and Soul (Targeting)
Prinsip #7 : Build A Belief
System (positoning)
Prinsip #8 : Differ Yourself With A Good Package of
Content and Context (Differentiation)
Prinsip #9 : Be Honest with your 4 Ps (Marketing Mix)
Prinsip #10 : Practice A
Relationship-Based Selling (Selling)
Prinsip #11 : Use A Spiritual
Brand Character (Brand)
Prinsip #12 : Services Should
Have The Ability to Transform (Service)
Prinsip #13 : Pratice A
Reliable Business Process (Process)
Prinsip #14 : Create Value to
Your Stakeholders (Scorecard)
Prinsip #15 : Create A Noble
Cause (Inspiration)
Prinsip #16 : Develop An
Ethical Corporate Culture (Culture)
Prinsip #17 : Measurement Must
Be Clear and Transparent (Institution).
Lanskap Bisnis Syariah Marketing
Prinsip #1: Information Technology Allows Us To be Transparent (Change)
Perubahan adalah suatu hal yang pasti akan terjadi. Oleh karena itu,
perubahan perlu disikapi dengan cermat. Kekuatan perubahan terdiri dari lima
unsur perubahan teknologi, perubahan politik legal, perubahan sosial kultural,
perubahan ekonomi, dan perubahan pasar. Dalam prinsip yang membahas perubahan
(change) ini hanya ditekankan perubahan pada bidang teknologi. Perubahan-perubahan di bidang
lain politik legal, sosial budaya, ekonomi, dan pasar walaupun memang juga
berperan penting dalam syariah marketing, sudah banyak dibahas oleh pihak lain;
misalnya saja peraturan-peraturan yang menyangkut perbankan syariah. Atau,
perkembangan industri perbankan syariah ini di indonesia yang semakin pesat.[9]
Prinsip #2: Be Respectful to Your Competitors (Competitor)
Dalam menjalankan syariah marketing, perusahaan harus memerhatikan cara
mereka menghadapi persaingan usaha yang serba dinamis. Globalisasi dan
perubahan teknologi menciptakan persaingan usaha yang ketat. Pasar menjadi
semakin kompleks dan tidak mudah ditebak. Informasi yang mudah didapat
menjadikan perusahaan dengan mudahnya mengakses info mengenai pesaing dan
persaingan. Perang yang terjadi di pasar menjadi semakin terbuka akibat
pengaruh dari perkembangan komunikasi. Seperti yang disebut dalam buku Wharton on Dynamic Competitive Strategy, As
market boundaries become more blured, bringing new outsiders into once stable
industries, competition has become more complex and multi dimensionl.
“Karena itu, persaingan usaha yang terjadi harus disikapi dengan pandangan dan
cara-cara positif.[10]
Prinsip #3: The Emergence of Customers Global Paradox (Customers)
Pengaruh inovasi teknologi mendasari terjadinya perubahan sosial budaya.
Hal ini bisa kita lihat dari lahirnya revolusi dalam bidang teknologi informasi
dan telekomunikasi yang mengubah cara pandang dan perilaku masyarakat. Contoh
yang paling nyata adalah kehadiran internet yang membawa perubahan pada segala
sektor kehidupan manusia.
Maka, pelanggan saat ini tidak saja membeli apa yang
dibutuhkan, melainkan juga sudah memiliki keinginan dan harapan atas suatu
produk atau jasa yang akan mereka beli.
Hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya akses informasi dan maki beragamanya
pilihan produk, sehingga membuat pelanggan akan mempunyai keinginan yang
semakin spesifik dan harapan yang semakin tinggi.[11]
Prinsip#4: Develop A Spiritual-based Organization (Company)
Dalam era globalisasi dan ditengah situasi serta kondisi
persaingan usaha yang semakin ketat, perusahaan harus merenungkan kembali
prinsip-prinsip dasar perusahaannya. Perusahaan-perusahaan besar yang sukses di abad ke-21 ini umumnya
dapat mendeteksi perubahan yang terjadi di pasar dan bagaimana mereka tetap
konsisten untuk menjalankannya nilai-nilai dan prinsip dasar perusahaannya.
General Electric, di bawah kepemimpinan jack Welch, berhasil menoreh sejarah
sebagai salah satu perusahaan yang sukses karena prinsip dasar perusahaan yang
dianutnya.
Syariah Marketing Strategy
Prinsip #5: View Market Universally (Segmentation)
Segmentation adalah seni mengidentifikasikan serta memanfaatkan
peluang-peluang yang muncul di pasar. Dan, pada saat yamg sama, ia adalah ilmu
untuk melihat pasar berdasarkan variabel-variabel yang berkembang di tengah
masyarakat. Dalam melihat pasar, perusahaan harus kreatif dan inovatif
menyikapi perkembangan yang sedang terjadi, karena segmentasi merupakan langkah
awal yang menentukan keseluruhan aktivitas dalam mengalokasikan sumber daya.
Dengan cara-cara yang kreatif dalam membagi-bagi pasar ke dalam beberapa
segmen, perusahaan dapat menentukan di mana mereka harus memberikan pelayanan
terbaik dan di mana mereka mempunyai keungggulan kompetitif paling besar.
Prinsip #6: Target Customer’s Heart and Soul (Targeting)
Setelah membagi-bagi dan memetakan pasar dalam beberapa segmen,
selanjutnya yang dilakukan adalah penentuan target pasar yang akan dibidik. Targeting adalah strategi mengalokasikan
sumber daya perusahaan secara efektif, karena sumber daya yang dimiliki
terbatas. Dengan menetukan target yang akan dibidik, usaha kita akan lebih
terarah. Bisa diambil contoh perbedaan antara
Rambo dengan penembak jitu (sniper). Dalam menembak musuhnya, Rambo
menggunakan senapan mesin yang membidik secara acak sehingga tidak efektif dan
efisien. Sedangkan penembak jitu membidik musuhnya secara benar-benar fokus,
sehingga upaya yang dikeluarkannya efektif dan efisien. Untuk itulah perusahaan
perlu membidik pasar yang akan dimasuki yang tentunya harus sesuai dengan
keunggulan daya asing (competitive
advantage) yang dimiliki perusahaan.
Prinsip #7: Build A Belief system (Positioning)
Selanjutnya, strategi yang harus dirumuskan adalah bagaimana membuat Positioning yang tepat bagi perusahaan
dan produk-produk syariah anda. Positioning
adalah strategi untuk merebut posisi di benak konsumen, sehinggga strategi
ini menyangkut bagaimana membangun kepercayaan, keyakinan, dan kompetensi bagi
pelanggan.
Saat ini, konsumen memegang peranan kunci untuk pembelian
dan pemakaian produk-produk anda. Tersedianya berbagai pilihan yang
masing-masing mempunyai sisi positif dan negatifnya membuat konsumen selalu
membanding-bandingkan produk yang ditawarkan perusahaan anda dengan yang
lainnya. Untuk itulah, Positioning diperlukan
agar citra terhadap produk atau perusahaan anda dapat terbentuk sesuai dengan
niat dan tujuan dari perusahaan.
Syariah Marketing Tactic
Prinsip #8: Differ Yourself With Agood Package of Content and Context
(Differentiation)
Positioning adalah inti dari strategi, dan diferensiasi adalah inti dari taktik.
Dasar dari semua aktivitas pemasaran yang ada diperusahaan akan berbasis pada
diferensiasi yang ingin ditawarkan. Setelah citra yang ingin dibentuk dalam positioning telah terdefinisi, langkah
selanjutnya adalah menyelaraskan taktik pemasaran dalam suatu diferensiasi.
Prinsip #9: Be Honest With Your 4 Ps (Marketing-Mix)
Kita mengenal 4P sebagai marketing-mix,
yang elemen-elemennya adalah product (produk),
price (harga), place (tempat/distribusi), dan promotion
(promosi) yang diperkenalkan oleh Jerome McCarthy. Product dan price adalah
komponen dari tawaran (offers), sedangkan
place dan promotion adalah komponen dari akses (acces). Karena itu, marketing-mix
yang dimaksud adalah bagaimana mengintegrasikn tawaran dari perusahaan (company’s offers). Proses
mengintergrasikan ini menjadi kunci suksesnya usaha pemasaran dari perusahaan
anda. Untuk itu, kami juga menyebutnya sebagai creation tactic karena marketing-mix
ini haruslah berdasarkan penciptaan diferensiasi dari sisi content, context, dan infrastructure.
Prinsip #10: Practice A Relationship-based Selling (Selling)
Elemen dari taktik yang terakhir adalah melakukan selling. Selling yang
dimaksud di sini bukanlah berarti
aktivitas menjual produk kepada konsumen semata. Penjualan dalan arti sederhana
adalah penyerahan suatu barang atau jasa dari penjual kepada pembeli dengan
harga yang disepakati atas dasar sukarela. Sedangkan penjualan dalam arti luas
adalah bagaiman a memaksimalkan kegiatan penjualan sehingga dapat menciptakan
situasi yang win-win solution bagi si
penjual dan pembeli
Syariah Marketing Value
Prinsip #11: Use A Spiritual Brand Character (Brand)
Brand atau merek adalah suatu identitas terhadap produk atau jasa perusahaan
anda. Brand mencerminkan nilai (value) yang anda berikan kepada
konsumen. Seperti sudah dibahas sebelumnya, value
didefinisikan sebagai Total Get dibagi
dengan Total Give di mana Total Get terdiri dari komponen functional benefit dan emotional benefit, sedangkan Total Give terdiri dari komponen price dan other expenses.
Prinsip #12: Service Should Have the Ability to Transform (Service)
Untuk menjadi perusahaan yang besar dan sustainable, perusahaan berbasis
syariah marketing harus memerhatikan
service yang ditawarkan untuk menjaga kepuasan pelanggannya. Perusahaan apa pun
jenis dan industrinya harus menjadi pelayan bagi pelanggannya. Apalagi jika
perusahaan itu sudah semakin besar, filosofis padi sepatutnya diterapkan,
semakin tinggi harus semakin meruduk.
Prinsip #13: Practice A Reliable Bussines Process (Process)
Prinsip terakhir dalam Syriah
Marketing Value adalah proses. Proses mencerminkan tingkat quality, cost, dan delivery yang sering disingkat sebagai QCD. Kualitas suatu produk
ataupun servis tercermin dari proses yang baik, dari proses produksi sampai delivery kepada konsumen secara tepat
waktu dengan biaya yang efektif dan efisien.
Syariah Marketing Scorecard
Prinsip #14: Create A Balanced Value To Your Stakeholders
Prinsip dalam syariah marketing
adalah menciptakan value bagi para stakeholders-nya. Kemampuan perusahaan
untuk menciptakan value bagi para stakeholdersnya ini akan menetukan kelangsungan hidup perusahaan.
Syariah Marketing Enterprise
Prinsip #15: Create A Noble Cause (Inspiration)
Setiap perusahaan, layaknya manusia, haruslah memiliki impian (dream). Untuk mencapai kesuksesan, anda
harus punya impian tentang apa yang akan anda capai. Impian inilah yang akan
membimbing anda sepanjan perjalanan untuk mewujudkan goals anda.
Prinsip #16: Develop An Ethical Corporate Culture (Culture)
Pada perusahaan berbasis syariah, budaya perusahaan yang
berkembang dalam perusahaannya sudah pasti berbeda denganperusahaan
konvensional. Para karyawannya wajib menjaga hubungan antar sesama, dari mulai
tingkat paling atas (manajerial) sampai tingkat paling bawah (staf). Seluruh
pola, perilaku, sikap, dan aturan-aturan dalam perusahaan itu harus mampu
mencerminkaan nilai-nilai syariah.
Prinsip #17: Measurement Must Be Clear and Transparent (institution)
Prinsip yang terakhir, yang terperting, adalah bagaimana anda membangun
organisasi/institusi anda sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Organisasi
sebagai kendaraan dalam menunaikan visi dan misi yang telah ditetapkan harus
memiliki struktur yang baik dan target yang jelas untuk setiap milestone dari sasaran yang telah
ditentukan sebelumnya. Jika organisasi anda kuat, kordinasi kerja dalam
organisasi anda tidak hanya akan lebih efisiensi dan efektif, tetapi organisasi
anda juga akan mampu merespon secara cepat terhadap perubahan yang terjadi di
lingkungan bisnis.
[1]
Rhenad Kasasi dkk, MODUL KEWIRAUSAHAAN, Untuk Program Strata 1,
(Jakarta: PT Mizan Publika, 2010), hal 143.
[2]
Kasmir, Kewirausahaan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006), hal
158.
[5] .I.
Yusanto dan M.K. Widjajakusuma, Menggagas Bisnis Islam, (Jakarta: Gema
Insani Press, 2002), hal. 169
[6]
Muhammad Ismail Yusanto dan Muhammad Karebet Widjajakusuma, Menggagas Bisnis Islam, (Jakarta: Gema Insani,
2002), hal. 166-174.
[7] Thorik Gunara dan
Utus Hardiono Sudibyo, Marketing Muhammad SAW; Strategi Andal dan Jitu
Praktik Bisnis Nabi Muhammad SAW, (Bandung: Salamadani, 2008), hal. 68.
[8] Hermawan Kartajaya dan Muhammad Syakir Sula,
Syariah
Marketing, (Bandung: Mizan Media
Utama, 2006), hal. 28.
[10] George S. Day dan
David J. Reibstein (Editor), Wharton on
Dynamic Competitive Strategy, Wiley, (1997).
[11] John Naisbitt, Megatrends 2000, Wlliam Morrow &
Company, Inc., 1991.
0 comments :
Post a Comment